AGRIBISNIS
TANAMAN WORTEL
( Daucus
carrota L )
I.
UMUM
1.1. Sejarah Singkat
1.1. Sejarah Singkat
Wortel/carrots (Daucus carota L.) bukan tanaman asli
Indonesia, berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal
dari Asia Timur Dekat dan Asia Tengah. Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500
tahun yang lalu. Rintisan budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah
sekitar Laut Tengah, menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya
ke seluruh bagian dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya.
1.2. Sentra Penanaman
Di Indonesia budidaya wortel pada mulanya hanya
terkonsentrasi di Jawa Barat yaitu daerah Lembang dan Cipanas. Namun dalam
perkembangannya menyebar luas ke daerah-daerah sentra sayuran di Jawa dan Luar
Jawa.
Berdasarkan hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di Indonesia (BPS, 1991) luas areal panen wortel nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.
Berdasarkan hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di Indonesia (BPS, 1991) luas areal panen wortel nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.
1.3. Jenis Tanaman
Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-Divisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carrota L.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-Divisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carrota L.
Tanaman wortel banyak ragamnya, tetapi bila dilihat bentuk
umbinya dapat dipilih menjadi 3 golongan, yakni :
a)
Tipe Chantenay, berbentuk bulat
panjang dengan ujung yang tumpul.
b)
Tipe Imperator, berbentuk bulat panjang
dengan ujung runcing.
c)
Tipe Nantes, merupakan tipe gabungan
antara imperator dan chantenay.
1.4. Manfaat Tanaman
Wortel merupakan bahan pangan (sayuran) yang digemari dan
dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan mengkonsumsi wortel
sangat dianjurkan, terutama untuk menghadapi masalah kekurangan vitamin A.
Dalam setiap 100 gram bahan mengandung 12.000 S.I vitamin A. Merupakan bahan
pangan bergizi tinggi, harga murah dan mudah mendapatkannya.
Selain sebagai "gudang vitamin A serta nutrisi",
juga berkhasiat untuk penyakit dan memelihara kecantikan. Wortel ini mengandung
enzim pencernaan dan berfungsi diuretik. Meminum segelas sari daun wortel segar
ditambah garam dan sesendok teh sari jeruk nipis berkhasiat untuk
mengantisipasi pembentukkan endapan dalam saluran kencing, memperkuat mata,
paru-paru, jantung dan hati. Bahkan dengan hanya mengunyah daun wortel dapat
menyembuhkan luka-luka dalam mulut/nafas bau, gusi berdarah dan sariawan.
II.
SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a.
Tanaman wortel merupakan sayuran
dataran tinggi. Tanaman wortel pada permulaan tumbuh menghendaki cuaca dingin
dan lembab. Tanaman ini bisa ditanaman sepanjang tahun baik musim kemarau
maupun musim hujan.
b.
Tanaman wortel membutuhkan
lingkungan tumbuh dengan suhu udara yang dingin dan lembab. Untuk pertumbuhan
dan produksi umbi dibutuhkan suhu udara optimal antara 15,6-21,1 derajat C.
Suhu udara yang terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbi kecil-kecil
(abnormal) dan berwarna pucat/kusam. bila suhu udara terlalu rendah (sangat
dingin), maka umbi yang terbentuk menjadi panjang kecil.
2.2.
Media Tanam
a.
Keadaan tanah yang cocok untuk
tanaman wortel adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus),
tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang).
b.
Jenis tanah yang paling baik adalah
andosol. Jenis tanah ini pada umumnya terdapat di daerah dataran tinggi
(pegunungan).
c.
Tanaman ini dapat tumbuh baik pada
keasaman tanah (pH) antara 5,5-6,5 untuk hasil optimal diperlukan pH 6,0-6,8.
Pada tanah yang pH-nya kurang dari 5,0, tanaman wortel akan sulit membentuk
umbi.
d.
Demikian pula tanah yang mudah becek
atau mendapat perlakuan pupuk kandang yang berlebihan, sering menyebabkan umbi
wortel berserat, bercabang dan berambut.
2.3.
Ketinggian Tempat
Di Indonesia wortel umunya ditanam di dataran tinggi pada
ketinggian 1.000-1.200 m dpl. tetapi dapat pula ditanam di dataran medium
(ketinggian lebih dari 500 m dpl.), produksi dan kualitas kurang memuaskan.
III.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sumber benih yang menjadi bibit harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Tanaman tumbuh subur dan kuat.
b) Bebas hama dan penyakit/sehat.
c) Bentuknya seragam.
d) Dari jenis yang berumur pendek.
e) Berproduksi tinggi.
3.1.2. Penyiapan Benih
Wortel diperbanyak secara generatif dengan biji-bijinya.
Biji (benih) wortel dapat dibeli di toko-toko saran produksi pertanian
terdekat, tetapi dapat pula membenihkan sendiri, terutama atas jenis/varietas
wortel lokal dan non hibrida.
a.
Para petani di sentra produksi
sayuran sudah umum mempraktekan pembenihan (pembijian) wortel lokal dengan
tahap-tahap pekerjaan sebagai berikut :
Pilih tanaman wortel yang umurnya cukup tua (± 3 bulan), tumbuhnya subur dan sehat. Bongkar (cabut) tanaman wortel pilihan tadi, kemudian amati umbinya Umbi wortel yang baik dan sehat jadikan pohon induk, bentuk normal (tidak cacat), warna kulit mengkilap kuning/jingga dan halus.
Pilih tanaman wortel yang umurnya cukup tua (± 3 bulan), tumbuhnya subur dan sehat. Bongkar (cabut) tanaman wortel pilihan tadi, kemudian amati umbinya Umbi wortel yang baik dan sehat jadikan pohon induk, bentuk normal (tidak cacat), warna kulit mengkilap kuning/jingga dan halus.
b.
Potong ujung umbi wortel maksimal
sepertiga bagian, pangkas pula tangkai daun bersama daunnya, sisakan 10 cm yang
lekat pada umbi.
c.
Siapkan lahan untuk kebun pembibitan
wortel dapat bentuk bedengan-bedengan yang diolah secara sempurna (dipupuk
kandang optimal).
d.
Buat lubang tanam dengan alat bantu
cangkul/tunggal pada jarak tanam 40-60 cm x 40-60 cm.
e.
Tanam umbi wortel pada lubang tanam,
padatkan tanahnya perlahan-lahan hingga menutup bagian leher batang.
f.
Buat alur-alur dangkal disepanjang
barisan tanaman (umbi) wortel sejauh ± 5 cm dari batang (dalam bentuk lubang
pupuk oleh tugal).
g.
Lakukakan pemberian pupuk buatan
berupa campuran ZA+SP+KCL (1:2:2) sebanyak 10 gr/tanaman, kemudian pupuk
tersebut segera ditutup dengan tanah tipis .
h.
Pelihara kebun bibit wortel selama ±
3 bulan hingga menghasilkan tangkai buah dan biji dalam jumlah banyak.
i.
Petik tangkai buah wortel yang sudah
tua (kering), lalu jemur hingga kering untuk diambil biji-bijinya.
Tata
cara penyiapan benih wortel adalah sebagai berikut:
a.
Pilih benih wortel yang baik, yakni
berasal dari varietas unggul, murni, dan daya kecambahnya tinggi (lebih dari
90%).
b.
Gosok-gosokan benih wortel dengan
kedua belah telapak tangan agar diantara benih satu sama lain tidak berlekatan.
c.
Rendam benih wortel dalam air dingin
selama 12-24 jam atau dalam air hangat suam-suam kuku (60 derajat C) selama 15
menit. Tujuan dari perendaman benih adalah mempercepat proses perkecambahannya.
d.
Tiriskan benih wortel dalam suatu
wadah, misal tampah hingga menjadi cukup kering. Benih wortel sudah siap ditanam
(disebar) di lahan kebun.
3.1.3.
Teknik Penyemaian Benih
Biji wortel di taburkan langsung di tempat penanaman, dapat
disebarkan merata di bedengan atau dengan dicicir memanjang dalam barisan.
Jarak barisan paling tidak 15 cm, kemudian kalau sudah tumbuh dapat dilakukan
penjarangan sehingga tanaman wortel itu berjarak 3-5 cm satu sama lain.
Kebutuhan benih untuk penanaman setiap are antara 150-200
gram. Para petani sayuran jarang menggunakan lebih dari 10 kg benih untuk tiap
hektar. Biji wortel akan mulai berkecambah setelah 8-12 hari.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Selama ditanam, pemeliharaan wortel relatif mudah, yakni
penyiangan bersamaan dengan pemupukan pada waktu tanaman berumur 1 bulan sejak
tanam. Pupuk yang diberikan berupa ZA 2 kuintal dan ZK 1 kuintal/hektar
diletakkan sejauh 5 cm dari batangnya, baik sejajar dengan barisan maupun
dilarutkan dalam air untuk disiramkan kepada tanah.
Untuk merangsang pembentukkan umbi yang optimal perlu
ditunjang pembubunan dan pengguludan sekaligus memperjarang tanaman yang
tumbuhnya sangat rapat. Sisakan tanaman yang pertumbuhannya baik dan sehat pada
jarak 5-10 cm.
Untuk mengendalikan hama serangga Semiaphis aphid dan S.
daucisi penyerang daun serta lalat Psilarosae pelubang umbi wortel perlu disemprot
insektisida yang dianjurkan, misal Folidol 0,2%.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Mula-mula tanah dicangkul sedalam 40 cm, dan diberi pupuk
kandang atau kompos sebanyak 15 ton setiap hektarnya. Tanah yang telah diolah
itu diratakan dan dibuat alur sedalam 1 cm dan jarak antara alur 15-20 cm.
Areal yang akan dijadikan kebun wortel, tanahnya diolah cukup dalam dan sempurna, kemudian diberi pupuk kandang 20 ton/ha, baik dicampur maupun menurut larikan sambil meratakan tanah. Idealnya dipersiapkan dalam bentuk bedengan-bedengan selebar 100 cm dan langsung dibuat alur-alur/larikan jarak 20 cm, hingga siap ditanam.
Areal yang akan dijadikan kebun wortel, tanahnya diolah cukup dalam dan sempurna, kemudian diberi pupuk kandang 20 ton/ha, baik dicampur maupun menurut larikan sambil meratakan tanah. Idealnya dipersiapkan dalam bentuk bedengan-bedengan selebar 100 cm dan langsung dibuat alur-alur/larikan jarak 20 cm, hingga siap ditanam.
3.2.2. Pembukaan Lahan
a.
Membuka Lahan
1.
Babat pohon-pohon atau semak-semak
maupun tanaman lain yang tidak berguna.
2.
Bersihkan lahan dari rumput-rumput
liar (gulma), batu kerikil dan sisa tanaman lain.
b.
Mengolah Tanah
1.
Olah tanah sedalam 30-40 cm hingga
strukturnya gembur dengan alat bantu cangkul, bajak/traktor.
2.
Biarkan tanah di kering anginkan
selama minimal 15 hari, agar kelak keadaan tanah benar-benar matang.
3.2.3.
Pembentukan Bedengan
a.
Olah tanah untuk kedua kalinya
dengan cangkul hingga struktur tanah bertambah gembur.
b.
Buat bedengan-bedengan dengan ukuran
lebar 120-150 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar bedengan 50-60 cm dan panjang
tergantung pada keadaan lahan.
3.2.4.
Pengapuran
a.
Lakukan pengapuran bila pH tanah
asam di bawah 5 dengan cara menaburkan bahan kapur seperti Calcit, Dolomit atau
Zeagro 1 secara merata di permukaan tanah. Dosis kapur yang diberikan berkisar
antara 0,75-10,24 ton/ha.
b.
Campurkan kapur dengan lapisan tanah
atas (top soil) sambil dibalikan hingga benar-benar merata. Bila tidak turun
hujan, tanah yang telah dikapur sebaiknya disiram (diairi) hingga cukup basah.
3.2.5.
Pemupukan
a.
Sebarkan pupuk kandang yang telah
matang (jadi) sebanyak 15-20 ton/ha di permukaan bedengan, kemudian campurkan
dengan lapisan tanah atas secara merata. Pada tanah yang masih subur (bekas
kubis atau kentang), pemberian pupuk dapat ditiadakan.
b.
Ratakan permukaan bedengan hingga
tampak datar dan rapi.
3.3.
Teknik Penanaman
3.3.1.
Penentuan Pola Tanaman
Tanah kebun dicangkul sedalam 30-40 cm dan digemburkan.
Setelah itu di buat bedengan tanaman selebar kurang lebih 100 cm dan dibuat
guritan dengan jarak kurang lebih 20 cm.
3.3.2. Pembuatan Lobang Tanam
Tanah diolah sedalam 30-40 cm hingga strukturnya gembur
dengan menggunakan traktor/bajak dan alat cangkul.
3.3.3. Cara Penanaman
Tata cara penanaman (penaburan) benih wortel melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Tata cara penanaman (penaburan) benih wortel melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a.
Sebarkan (taburkan) benih wortel
secara merata dalam alur-alur/garitan-garitan yang tersedia.
b.
Tutup benih wortel dengan tanah
tipis sedalam 0,5-1 cm.
c.
Buat alur-alur dangkal sejauh 5 cm
dari tempat benih arah barisan (memanjang) untuk meletakkan pupuk dasar. Jenis
pupuk yang diberikan adalah campuran TSP ± 400 kg (± 200 kg P2 O5/ha) dengan KCl
150 kg (± 75 kg K2O/ha).
d.
Sebarkan pupuk tersebut secara
merata, kemudian tutup dengan tanah tipis.
e.
Tutup tiap garitan (alur) dengan
dedaunan kering atau pelepah daun pisang selama 7-10 hari untuk mencegah
hanyutnya benih wortel oleh percikan (guyuran) air sekaligus berfungsi menjaga
kestabilan kelembaban tanah. Setelah benih wortel tumbuh di permukaan tanah,
penutup tadi segera di buka kembali.
3.4.
Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan tanaman wortel dilakukan pada saat tanaman
berumur 1 bulan setelah tanam. Tujuan penjarangan adalah untuk memperoleh
tanaman wortel cepat tumbuh dan subur, sehingga hasil produksinya dapat tinggi.
3.4.2. Penyiangan
Rumput-rumput liar (gulma) yang tumbuh disekitar kebun
merupakan pesaing tanaman wortel dalam kebutuhan air, sinar matahari, unsur
hara dan lain-lain, sehingga harus disiangi. Waktu penyiangan biasanya saat
tanaman wortel berumur 1 bulan, bersamaan dengan penjarangan tanaman dan
pemupukan susulan.
Cara menyiangi yang baik adalah membersihkan rumput liar dengan alat bantu kored/cangkul. Rumput liar yang tumbuh dalam parit dibersihkan agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit. Tanah di sekitar barisan tanaman wortel digemburkan, kemudian ditimbunkan ke bagian pangkal batang wortel agar kelak umbinya tertutup oleh tanah.
Cara menyiangi yang baik adalah membersihkan rumput liar dengan alat bantu kored/cangkul. Rumput liar yang tumbuh dalam parit dibersihkan agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit. Tanah di sekitar barisan tanaman wortel digemburkan, kemudian ditimbunkan ke bagian pangkal batang wortel agar kelak umbinya tertutup oleh tanah.
3.4.3. Pembubunan
Pendangiran dilakukan pada saat umur tanaman 1 bulan, yaitu
pada saat tanaman akan membentuk umbi, terutama sehabis hujan. Saat pendangiran
ini dilakukan juga pembubunan.
3.4.4. Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan untuk pemupukan susulan adalah
urea atau ZA. Dosis pupuk yang adalah urea 100 kg/ha atau ZA 200 kg/ha. Waktu
pemberian pupuk susulan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan, yakni
pada saat tanaman wortel berumur 1 bulan.
Cara pemupukan yang baik adalah dengan menyebarkan secara
merata dalam alur-alur atau garitan-garitan dangkal atau dimasukkan ke dalam
lubang pupuk (tugal) sejauh 5-10 cm dari batang wortel, kemudian segera ditutup
dengan tanah dan disiram atau diairi hingga cukup basah.
3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhannya, tanaman wortel memerlukan air
yang memadai, sehingga perlu disiram (diairi) secara kontinue 1-2 kali sehari,
terutama pada musim kemarau. Bila tanaman wortel sudah tumbuh besar, maka
pengairan dapat dikurangi. Hal penting yang harus diperhatikan adalah agar
tanah tidak kekeringan.
3.4.6. Waktu Penyemprotan Pestisida
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan insektisida Furadan 3 G atau Indofuran 3 G pada saat tanam atau
disemprot Hostathion 40 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a.
Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)
Hama ini sering disebut uler lutung (Jawa) atau hileud
taneuh (Sunda) dan "Cutworms" (Inggris). Serangga dewasa berupa
kupu-kupu berwarna coklat tua, bagian sayap depannya bergaris-garis dan
terdapat titik putih. Stadium hama yang merugikan tanaman adalah ulat atau
larva. Ciri: ulat tanah adalah berwarna coklat sampai hitam, panjangnya antara
4-5 cm dan bersembunyi di dalam tanah. Gejala: ulat tanah menyerang bagian
pucuk atau titik tumbuh tanaman wortel yang masih muda. Akibat serangan, tanaman
layu atau terkulai, terutama pada bagian tanaman yang dirusak hama.
Pengendalian non kimiawi: dilakukan dengan mengumpulkan ulat pada pagi atau
siang hari, dari tempat yang dicurigai bekas serangannya untuk segera dibunuh,
menjaga kebersihan kebun dan pergiliran tanaman. Pengendalian kimiawi: dengan
menggunakan insektisida Furadan 3G atau Indofuran 3G pada saat tanam atau
disemprot Hostathion 40 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
b.
Kutu daun (Aphid, Aphis spp.)
Ciri: kutu daun dewasa berwarna hijau sampai hitam, hidup
berkelompok di bawah daun atau pada pucuk tanaman. Gejala: menyerang tanaman
dengan cara mengisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun keriting atau
abnormal. Pengendalian: mengatur waktu tanam secara serempak dalam satu
hamparan lahan untuk memutus siklus hidupnya.
c.
Lalat atau magot (Psila rosae)
Gejala: stadium hama yang sering merusak tanaman wortel
adalah larvanya. Larva masuk ke dalam umbi dengan cara menggerek atau
melubanginya. Pengendalian: pergiliran tanaman dengan jenis yang tidak sefamili
atau disemprot insektisida Decis 2,5 EC dan lain-lain dengan dosis yang
dianjurkan.
3.5.2. Penyakit
a.
Bercak daun Cercospora
Penyebab: cendawan (jamur) Cercospora carotae (Pass.)
Solheim. Gejala: pada daun-daun yang sudah tua timbul bercak-bercak berwarna
coklat muda atau putih dengan pinggiran berwarna coklat tua sampai hitam.
Pengendalian: (1) disinfeksi benih dengan larutan fungisida yang mengandung
tembaga klorida satu permil selama 5 menit; (2) pergiliran tanaman dengan jenis
lain yang tidak sefamili; (3) pembersihan sisa-sisa tanaman dari sekitar kebun;
(4) penyemprotan fungisida yang mangkus dan sangkil seperti Dithane M-45 0,2%.
b.
Nematoda bintil akar
Penyebab: mikro organisme nematoda Sista (Heterodera
carotae). Gejala: umbi dan akar tanaman wortel menjadi salah bentuk,
berbenjol-benjol abnormal. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman dengan
jenis lain yang tidak sefamili, pemberaan lahan dan penggunaan nematisida
seperti Rugby 10 G atau Rhocap 10 G.
c.
Busuk alternaria
Penyebab: cendawan Alternaria dauci Kuhn. Gejala: Pada daun
terjadi bercak-bercak kecil, berwarna coklat tua sampi hitam yang dikelilingi
oleh jaringan berwarna hijau-kuning (klorotik). Pada umbi ada gejala
bercak-bercak tidak beraturan bentuknya, kemudian membusuk berwarna hitam
sampai hitam kelam. Pengendalian: sama dengan cara yang dilakukan pada
Cercospora.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri tanaman wortel sudah saatnya dipanen adalah
sebagai berikut:
a.
Tanaman wortel yang telah berumur ±
3 bulan sejak sebar benih atau tergantung varietasnya. Varietas Ideal dipanen
pada umur 100-120 hari setelah tanam (hst). Varietas Caroline 95 hst., Varietas
All Season Cross 120 hst., Varietas Royal Cross 110 hst., Kultivar lokal Lembang
100-110 hst.
b.
Ukuran umbi telah maksimal dan tidak
terlalu tua. Panen yang terlalu tua (terlambat) dapat menyebabkan umbi menjadi
keras dan berkatu, sehingga kualitasnya rendah atau tidak laku dipasarkan.
Demikian pula panen terlalu awal hanya akan menghasilkan umbi berukuran
kecil-kecil, sehingga produksinya menurun (rendah).
Khusus
bila dipanen umur muda atau "Baby Carrot" dapat dilakukan dengan
kriteria sebagai berikut:
a.
Umur panen sekitar 50-60 hari
setelah tanam.
b.
ukuran umbi sebesar ibu jari tangan,
panjangnya antara 6-10 cm dan diameternya sekitar 1-2 cm.
3.6.2. Cara Panen
Cara panen wortel relatif gampang, yaitu dengan mencabut
seluruh tanaman bersama umbinya. Tanaman yang baik dan dipelihara secara
intensif dapat menghasilkan umbi antara 20-30 ton/hektar.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Kumpulkan seluruh rumpun (tanaman) wortel yang usai dipanen pada suatu tempat yang strategis, misalnya di pinggir kebun yang teduh, atau di gudang penyimpanan hasil.
Kumpulkan seluruh rumpun (tanaman) wortel yang usai dipanen pada suatu tempat yang strategis, misalnya di pinggir kebun yang teduh, atau di gudang penyimpanan hasil.
3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
a)
Pilih umbi yang baik sambil
memisahkan umbi yang rusak, cacat, atau busuk secara tersendiri.
b)
Klasifikasikan umbi wortel yang baik
berdasarkan ukuran dan bentuknya yang seragam.
3.7.3.
Penyimpanan
Simpan
hasil panen wortel dalam wadah atau ruangan yang suhunya dingin dan
berventilasi baik.
3.7.4.
Pengemasan dan Pengangkutan
a)
Ikat umbi wortel menjadi
ikatan-ikatan tertentu sehingga praktis dalam pengangkutan dan penyimpanannya.
b)
Potong sebagian tangkai daun untuk
disisakan sekitar 15-20 cm.
c)
Angkut hasil wortel ke pasar dengan
menggunakan alat angkut yang tersedia di daerah setempat.
Khusus untuk sasaran pasar Swalayan, Gelael, Hero, dan lain-lain di kota-kota besar, umbi wortel biasanya dikemas dalam kantong plastik atau kontainer polietilin bening.
Khusus untuk sasaran pasar Swalayan, Gelael, Hero, dan lain-lain di kota-kota besar, umbi wortel biasanya dikemas dalam kantong plastik atau kontainer polietilin bening.
IV.
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Prakiraan Analisis Usaha Budidaya
4.1. Prakiraan Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan
analisis budidaya wortel seluas 600 m2 per musim tanam (4 bulan), pada tahun
1999 di daerah Bogor.
|
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. |
50.000,- 100.000,- 57.500,- 200.000,- 50.000,- 50.000,- 300.000,- 787.500,- 1.260.000,- 472.500,- = 1,600 |
4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek pengembangan budidaya wortel
di Indonesia amat cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara
cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan
petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan
agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor.
Produktivitas wortel di Indonesia
masih rendah. Pada tahun 1985 hasil rata-rata nasional baru mencapai 9,43
ton/hektar, kemudian tahun 1986 hanya 8,90 ton/hektar, dan tahun 1991 sekitar
12,89 ton/hektar. Rendahnya hasil rata-rata tersebut antara lain dikarenakan
masih terbatasnya varietas wortel unggul dan tehnik budidaya yang belum
intensif. Disamping itu, paket teknologi budidaya hasil penelitian komoditas
wortel relatif masih terbatas.
Usaha tani wortel secara intensif
sistem agribisnis memberikan keuntungan yang memadai. Potensi daya hasil wortel
varietas unggul dapat mencapai antara 20-25 ton/ha. Bila harga jual rata-rata
Rp 500,-/kg keuntungan bersih usahatani wortel selama ± 3 bulan dapat mencapai
lebih dari Rp 5 juta/hektar. Bahkan akhir-akhir ini peluang pasar wortel makin
luas dan beragam, diantaranya adalah bentuk umbi segar, umbi beku segar dan
umbi muda segar.
V.
STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
5.1. Ruang Lingkup
Standar
mutu: Jjnis dan standar mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat
penandaan dan pengemasan.
5.2.
Diskripsi
Standar mutu wortel tercantum dalam standar Nasional Indonesia SNI 01-3163-1992.
Standar mutu wortel tercantum dalam standar Nasional Indonesia SNI 01-3163-1992.
5.3.
Klasifikasi dan Standar Mutu
Wortel
segar digolongkan dalam dua jenis mutu yaitu mutu I dan mutu II diantaranya :
a)
Keasaman sifat varietas: mutu
I=seragam; mutu II=seragam; cara pengujian=organoleptik.
b)
Kekerasan: mutu I=keras; mutu
II=keras; cara pengujian=organoleptik.
c)
Warna: mutu I : normal; mutu
II=normal; cara pengujian=organoleptik.
d)
Kerataan permukaan: mutu I=cukup
rata; mutu II=cukup rata.
e)
Tekstur: mutu I=tidak mengayu; mutu
II=tidak mengayu; cara pengujian=organoleptik.
f)
Kerusakan (%): mutu I=5; mutu II=10;
cara pengujian=SP-SMP-301-1981.
g) Busuk (%): mutu I=2; mutu II=2.
g) Busuk (%): mutu I=2; mutu II=2.
5.4.
Pengambilan Contoh
Cara pengambilan contoh diambil secara acak dari jumlah
kemasan seperti terlihat pada daftar dibawah ini. Dari setiap kemasan diambil
contoh sebanyak 20 umbi dari bagian atas tengah dan bawah. Khusus untuk
pengujian kerusakan dan yang busuk, jumlah contoh akhir yang diuji adalah 100
umbi. Pelaksanaan dapat dilakukan di lapangan. Jumlah kemasan yang diambil
dalam pengambilan contoh dalam lot adalah:
a)
Jumlah kemasan 1 sampai 100, contoh
yang diambil=5.
b)
Jumlah kemasan 101 sampai 300,
contoh yang diambil=7.
c)
Jumlah kemasan 301 sampai 500,
contoh yang diambil=9.
d)
Jumlah kemasan 501 sampai 1000,
contoh yang diambil=10.
e)
Jumlah kemasan lebih dari 1000, contoh
yang diambil=minimum 15.
5.5.
Pengemasan
Cara pengemasan wortel disajikan dalam bentuk utuh dan
segar, dikemas dengan keranjang atau bahan lainnya yang berat bersih maksimum
65 Kg, di tutup dengan anyaman bambu atau bahan lain kemudian diikat dengan
tali rotan. Isi tidak melebihi permukaan kemasan.
Untuk pemberian merek di bagian luar keranjang diberi label
yang dituliskan antara lain:
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/ eksportir.
d) Berat bersih.
e) Produksi Indonesia.
f) Negara/tempat tujuan.
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/ eksportir.
d) Berat bersih.
e) Produksi Indonesia.
f) Negara/tempat tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar